Solusi Kesehatan dan Kecantikan Serta Obat Obat Herbal Alami

Jumat, 04 Agustus 2017

Mengenal Lebih Dalam Leptospirosis

Pernahkah Anda mendengar leptospirosis? Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dari jenis leptospira berbentuk spiral. Penyakit ini biasanya tersebar di kawasan tropis dan subtropis, terutama di daerah-daerah pasca banjir atau yang berdekatan dengan genangan air. Infeksi bakterinya sendiri dapat menyebabkan gejala penyakit dari yang ringan seperti flu biasa sampai penyakit yang berat seperti penyakit kuning, perdarahan paru-paru, sampai gagal ginjal yang membahayakan jiwa.




Penyakit ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani secara serius. Leptospirosis juga sering dikaitkan dengan kegiatan rekreasi yang berhubungan dengan air, seperti sungai atau laut.
Peristiwa banjir juga bisa menjadi penyebab seseorang terserang infeksi bakteri ini. Air yang terkontaminasi urin binatang yang mengidap bakteri ini biasanya menjadi penyebab seseorang terjangkit leptospirosis.

Bakteri ini dapat bertahan di PH air yang normal, bahkan sampai 4 minggu. Makanya, serangan penyakit ini rentan menyerang ketika musim banjir tiba. Lantas, siapa saja yang paling beresiko mengidap leptospirosis ini?

Banyak kalangan yang berpotensi terinfeksi penyakit berbahaya ini seperti para petani yang sehari-harinya bekerja di sawah, tentara yang berlatih di kawasan rawa, sawah, dan daerah berair lainnya.
Para pekerja peternakan, rumah potong hewan, orang yang berenang di sungai, bahkan sampai mereka yang mengurus rumah tangga pun tak bisa mengelak dari serangan penyakit ini, terutama jika mereka memelihara hewan-hewan ternak dan ada tikus di rumahnya.

Jika ditanya soal tanda-tanda dari penyakit ini, ada banyak sekali tanda jika seseorang mengidap leptospirosis. Gejala klinik yang biasanya timbul seperti sakit kepala (kleyengan), nyeri otot, demam, perut mual, sakit, kondisi tubuh menggigil, batuk-batuk, sakit tenggorokan, dan lainnya.
Masa inkubasi dari leptospirosis sendiri antara 2 hari sampai 3 minggu. Dan biasanya, penderita akan mengalami nyeri di kepala, nyeri otot, dan badan menggigil sebagai gejala awal penyakit leptospirosis. Jika berat, gejala terkadang disertai dengan adanya perdarahan, gagal ginjal, dan penyakit kuning.
Upaya diagnosis biasanya didasarkan pada gejala klinik dan proses pemeriksaan di laboratorium. Proses diagnosis seseorang yang terkena leptospirosis ini sangat terbantu dengan analisis tentang pekerjaan/aktifitas yang dilakukan seseorang yang berkaitan dengan air.

Sedangkan untuk pengobatannya sendiri, para ahli klinis berbeda pendapat. Sebagian ahli menyebutkan bahwa pengobatan penyakit ini hanya berguna pada tahap awal serangan leptospirosis karena jika sudah sampai ke fase kedua atau fase imunitas, maka hal yang paling dibutuhkan ialah perawatan. Adapun tujuan dari pengobatan dengan menggunakan antibiotik ialah sebagai berikut:
  • Mempercepat pemulihan ke kondisi normal lagi.
  • Mempersingkat waktu demam.
  • Mencegah terjadinya komplikasi dengan penyakit lain seperti gagal ginjal yang memang bisa dipicu oleh leptospirosis, sehingga bisa menurunkan angka kematian penderita leptospirosis.
Beberapa obat antibiotik yang bisa digunakan untuk pengobatan awal leptospirosis seperti benzyl penicillin, teracyline, doxyciline, ampicilin atau procain penicillin. Biasanya, lama pengobatannya sendiri berkisar antara 5 hari sampai satu minggu.

Sedangkan untuk pencegahannya sendiri dilakukan dengan cara menghindari kontaminasi dengan binatang pengerat seperti tikus. Banyak ahli yang menganjurkan supaya menggunakan antibiotik untuk pencegahan sehingga ketika terkontaminasi pun dampaknya bisa dikurangi oleh antibiotik yang digunakan. Antibiotik yang dianjurkan bisa berupa doxyciline yang berkadar 200 mg per minggunya.
Penyakit ini sebetulnya bisa dicegah dan sekalipun sudah terkontaminasi tidak akan menyebabkan dampak kesehatan fatal jika segera diobati. Proses pencegahan dan pengobatan disini merupakan langkah yang penting untuk meminimalkan potensi lebih buruk.

Biasanya, angka kematian karena penyakit ini menjadi tinggi ketika menyerang kalangan lanjut usia (lansia) karena biasanya disertai komplikasi dengan penyakit lainnya seperti gagal ginjal akut. Makanya, sebaiknya jika gejala seperti yang disebutkan di atas ditemukan, segera hubungi pihak medis untuk segera mendapatkan penanganan.


Facebook Twitter Google+

 
Back To Top